Key Performance Indicator (KPI)

Istilah KPI baru-baru ini saya dengar ketika terlibat di sebuah proyek di kampus. KPI biasa diterapkan pada suatu insitusi (perusahaan, organisasi, proyek, program, produk, dsb) untuk mengukur performa atau kesuksesan sesuatu tersebut berjalan. Misalnya, sebuah perusahaan dinilai memiliki performa yang baik jika dalam satu bulan omzet perusahaan bisa naik hingga 20% atau suatu organisasi dianggap berhasil ketika program kerja yang dirancang di awal tahun 85%nya bisa terealisasikan. Nah, kenaikan jumlah omzet dan banyaknya program berjalan adalah contoh dari KPI. Biasanya, KPI ini dievaluasi secara berkala dan dalam pertanggungjawabannya sangat menentukan banyak keputusan untuk  target-target selanjutnya.

KPI biasa digunakan sebagai fokus kerja suatu perusahaan. Seluruh stakeholders akan bergerak sekuat tenaga demi tercapainya performa perusahaan yang baik dan ingin membuatnya semakin baik dong tentunya. Nah, karena itu penyusunan KPI ini juga tidak bisa main-main. Harus SMART: Spesific, Measurable, Attainable, Relevant, dan punya Time-frame. Selain itu, perusahaan juga harus fokus pada peningkatan performa internal ketimbang membandingkan dengan performa perusahaan lain. Ketika suatu KPI tercapai, maka mereka bisa bersiap untuk meningkatkan target agar standar terhadap kualitas “performa yang baik” itu juga semakin tinggi.

Nah, sekarang, saya tertarik untuk merefleksikan konsep KPI ini ke dalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam keseharian kita sebagai individu, kita juga pasti punya kriteria sukses atau pencapaian yang berbeda-beda satu sama lain. Kita juga punya pandangan yang tidak selalu sama soal bagaimana seseorang bisa dinilai memiliki performa yang baik dalam hidupnya.

Contohnya, sebut saja Mawar, seorang perempuan muda yang terlahir cantik dan memiliki pekerjaan dengan gaji dua digit di usia muda. Mawar mungkin akan dinilai sangat sukses oleh orang-orang di sekitarnya. “kamu sih enak cantik, setengah masalah dunia ngga perlu kamu hadapi.”, kata orang-orang, as if cantik adalah sebuah definisi suksesnya Mawar. Atau “uang sudah bukan masalah lagi lah kan ya buat kamu, kan sudah sukses, bahagia sudah hidupmu.” as if uang adalah definisi suksesnya Mawar. Padahal, saat ini Mawar punya KPI kehidupan yang berbeda. Baginya, suksesnya dalam satu tahun ke depan ini adalah jika bisa pulang ke rumah orang tua sebanyak minimal 3 kali di saat pekerjaannya sebagai konsultan sangat menyita waktu padahal ayahnya sedang sakit keras. Atau, jika ia bisa pulang dengan aman setiap sehabis lembur di kantor tanpa khawatir ada saja yang melecehkan di jalan pulang…

See? Mungkin, justru orang-orang yang merasa “iri” dengan kecantikan Mawar (dan tidak tahan untuk berkomentar) yang punya definisi sukses adalah yang cantik atau sukses adalah yang punya uang banyak. Sebuah definisi sukses yang tidak diukur dengan pencapaikan performa berkala atau KPI pribadi orang lain yang dikomentarinya. Alih-alih bisa membantu Mawar yang sedang kesulitan, pintu cerita Mawar tertutup karena sudah keduluan diprasangkai. Padahal, mungkin akan jauh lebih baik kalau bisa saling berbagi cerita-cerita sampai ke pencapaiannya, bisa ada banyak ilmu yang kita dapat.

Saya pernah teringat kutipan di tulisan Teh Tuti yang kurang lebih intinya sebagai berikut:
“jangan pernah merasa iri terhadap apa-apa yang tidak pernah kamu pilih.”

Iri melihat orang lain bisa tinggal di luar negeri untuk kuliah lanjut, padahal tidak pernah menargetkan kuliah di luar negeri, tidak memilih jalan tersebut, atau belum pernah mencoba mencapai hal tersebut.
Iri melihat orang lain punya banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga, padahal memang tidak pernah menyediakan waktu atau selalu merasa terlalu sibuk.
Iri melihat orang lain menang kompetisi, padahal memang tidak memilih untuk mengikuti kompetisi itu.

Atau, kalaupun hal-hal itu adalah jalan yang kita pilih, padahal belum tentu kita menyusun KPI yang sama dengan orang tersebut. Dan yang paling penting, belum tentu juga kita cukup mawas untuk fokus pada menjadikan diri lebih baik hari ini dibanding kemarin ketimbang menjadikan diri lebih baik dari orang lain.

Maka, kenapa harus iri dengan teman yang cantik secara fisik jika memang bukan menjadi cantik yang jadi KPI mu?
Mengapa harus iri dengan mereka yang mampu menjaga rumah 24 jam rapi bersih ketika memang kondisi tersebut tidak cukup attainable dalam kondisimu untuk jadi KPImu?

Set your criteria of success right, set your KPI carefully and focus to achieve it!

Everyone has their own battle. Don’t compare and judge, and you’ll be fine! 🙂

 

 

 

 

Leave a comment